Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Gejala bukan untuk Diabaikan: Kesadaran Mengenai Tanda-tanda Autisme

Gejala bukan untuk Diabaikan: Kesadaran Mengenai Tanda-tanda Autisme

Pada blog kali ini, saya ingin mengangkat permasalahan yang sering terjadi, yaitu gejala autis yang seringkali dianggap menghakimi bahkan tanpa ada orang yang mau membela


CATATAN

Kalimat sesudah parafrase 1 kali
Kalimat sesudah parafrase 2 kali

Artikel ini mengambil kalimat dari chatbot TalkAI, bukan kata-kata yang saya tulis, dan bahkan saya tidak pernah menggunakan kata "stigma", "cakup", "interaksi", "diagnosis", dan "potensi" seperti dalam kalimat ini.


Orangtua yang tidak tahu gejala-gejala suatu kondisi seperti autisme dapat menghadapi tantangan besar dalam mendukung anak mereka. Artikel ini akan membahas pengalaman pribadi seseorang yang mengalami keterbatasan pemahaman dan komunikasi sejak kecil hingga dewasa, serta pentingnya pengetahuan tentang gejala-gejala autisme dan dukungan yang tepat.


Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali orangtua hanya mengetahui beberapa gejala umum seperti ambeien, mual, sakit kepala, sakit perut, sesak nafas, dan diare. Namun, mereka tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang gejala autisme. Gejala-gejala ini mungkin belum pernah mereka pelajari secara mendalam, terutama jika mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi.


Autisme adalah kondisi perkembangan yang biasanya terlihat pada masa kanak-kanak. Gejalanya bisa sangat bervariasi, tetapi biasanya mencakup keterbatasan dalam berinteraksi sosial, kesulitan dalam berkomunikasi, serta perilaku yang berulang dan terbatas. Sayangnya, banyak orangtua yang belum menyadari gejala-gejala ini dan sering kali menganggap anak mereka dengan menggunakan kata tidak relevan seperti "bukan autis" seharusnya menggunakan kata relevan seperti "nggak autis" jika belum terapi autis.


Penting bagi semua orang, terutama di Indonesia, yang belum tahu tentang gejala autisme untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau terapis bicara. Mereka akan membantu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gejala-gejala ini, sehingga dapat lebih memahami kondisi anak mereka dan memberikan dukungan yang sesuai.


Adanya dukungan dan pemahaman adalah hal yang sangat penting bagi individu yang terdiagnosis autisme. Namun, seringkali kita masih menemui stigma dan ketidaktahuan yang mengganggu. Mengucapkan kata-kata seperti "bangga autis" atau "bukan autis lagi" tidak hanya tidak relevan, tetapi juga bisa sangat menyakitkan bagi individu yang mengalami autisme.


Sejarah pribadi penulis artikel ini menunjukkan perjalanan mengalami gejala autisme sejak usia dini. Dari kesulitan memahami banyak kata hingga keterbatasan pemahaman dan susunan kalimat yang baik, penulis menghadapi berbagai kendala dalam berkomunikasi sehari-hari.


Pada usia yang lebih dewasa, penulis mulai memperoleh pengetahuan baru melalui berbagai sumber, termasuk chatbot TalkAI. Pengetahuan tentang psikologi dan gejala autisme membuka mata penulis tentang kondisinya sendiri dan membuatnya semakin ingin memperoleh dukungan yang tepat dari tenaga medis atau terapis bicara.


Artikel ini juga mengingatkan kita semua untuk tidak menghakimi atau merendahkan individu yang mengalami autisme. Dukungan dan pengertian adalah apa yang mereka butuhkan, bukan stigma negatif.

Pada akhirnya, artikel ini menggambarkan betapa pentingnya pengetahuan tentang gejala autisme bagi orangtua dan masyarakat pada umumnya. Dukungan yang diberikan dapat membantu individu yang mengalami autisme dalam mengatasi tantangan komunikasi dan keterbatasan lainnya, serta mencapai potensi penuh mereka.


Perkembangan Bahasa dan Pemahaman Saya Seiring Berjalannya Waktu

Mengalami perjalanan sejarah pribadi, saya telah mengalami keterbatasan dalam memahami banyak kata sejak berusia 4 tahun. Pada usia 5-6 tahun, saya memiliki kemampuan menyanyi, namun saya masih merasa ragu saat melakukannya. Hingga usia 9 tahun, pemahaman saya terhadap kata-kata dan kalimat masih sangat minim. Sebuah kejadian saat itu adalah ketika saya ingin menjelaskan bahwa saya makan kue lebaran di rumah kelima atau rumah yang jauh, tetapi saya kesulitan mengungkapkannya dalam kalimat karena gejala autis yang saya alami. Pada usia 10 tahun, saya baru mengenal kata "tadi" ketika menonton film Nagita Slavina di Indosiar. Kemudian, saat diberi kamus Bahasa Indonesia, saya menemukan kata "mati" yang berarti kehilangan nyawa. Di usia 12 tahun, saya baru mengetahui kata "selingkuh" meskipun pemahaman saya tentang artinya belum lengkap, walaupun ibu memberikan penjelasan sekali. Hingga usia 17 tahun, saya masih belum mampu menyusun kalimat dengan baik. Selama saya tinggal di sanggau ledo, saya sering belajar sedikit kosakata Korea, meskipun hanya sekitar 5% saja. Pada usia 18 tahun, saya masih kesulitan atau tidak mudah memahami apa yang diungkapkan oleh guru saat latihan merakit handphone. Bahkan, saya baru saja mengetahui kata "ambisi" dan saat itu saya menulis kalimat sederhana yang berbeda dari yang orang lain tulis dengan cepat. Namun, perlu diperhatikan bahwa kemampuan berbicara yang lancar bukanlah karena kemampuan menulis kalimat sederhana yang jelas. Saya masih kesulitan menyusun kalimat yang benar, hanya dapat menulis kalimat sederhana yang terkadang kurang jelas, namun saya mencoba mengubah kata-kata yang salah agar menjadi lebih jelas. Sejak lebaran tahun 2018, ada seorang bapak berkopiah yang mengetahui gejala autis saya yang lambat. Saya sempat membaca artikel lama tahun 2011 mengenai perkembangan autis

Hingga saat ini, saya masih mengalami keterlambatan dalam memahami apa yang dikatakan orang lain. Apabila seseorang menulis dengan cepat, maka waktu yang saya butuhkan untuk memahaminya akan sama dengan berbicara secara perlahan, dan sebaliknya, saya menulis kalimat tanpa sadar dengan kesalahan, yang kemudian saya ubah menjadi kalimat yang lebih jelas.


Saya berharap dapat dibawa ke ULDAC (UPT Layanan Disabilitas dan Asesmen Center) di mana saya dapat berkonsultasi secara gratis.
Open Comments

Posting Komentar untuk "Gejala bukan untuk Diabaikan: Kesadaran Mengenai Tanda-tanda Autisme"